Sunday, January 27, 2013

Langgar dan Batas (Part. 1)


Kegelapan total memulai hari ini. Langgar mencoba membuka kedua matanya yang terasa berat diselingi rasa sakit yang aneh berputar-putar di ujung kepalanya. Seluruh sendinya terasa kaku dan ia tidak ingat apa yang terjadi. Sekuat tenaga ia mencoba duduk tapi tangannya terbelenggu oleh sesuatu.
Bersusah payah dan dia memaksa untuk duduk dan melihat keadaan sekitar. Gelap. Matanya fokus untuk melihat hingga akhirnya mulai terbiasa. Sebuah ruangan tua berlumut berdindingkan batu lebih kecil dari kamarnya dirumah. Langgar tersadar, seutas tali tambang membelenggu erat kedua tangannya yang kotor dan kumal. 

"Mama?" Satu kata yang teringat olehnya.

Sosok itu tidak ada dimanapun dia melihat.Tersadar ada yang salah, sekuat sisa-sisa tenaganya ia mencoba membuka tali pembelenggu itu. Gigitan, gesekan, erangan putus asa mewarnai pergulatannya dengan tali.

"Urrghhhh!! Mama!!!" pekiknya sambil terus bergulat dengan tali.

Di ujung ruangan yang paling gelap, sepasang mata kemerahan menatapnya tajam. Sosok itu sedikit bergetar dan bergerak sedikit. Tak lama sosok itu mulai beringsut dan beranjak mendekat ke arah Langgar. terlihat di kegelapan sosok paruh baya berambut gimbal, dekil dan kumal bertelanjang dada. Luka mengering tampak memanjang dari bawah dada kanan terus kebawah yang bisa membuat ngilu orang yang melihatnya.

Ia mendekat..

Terus mendekat sambil tangan kurus keringnya meraih ke arah Langgar.

Tap. Ia menggenggam bahu Langgar.

"Arrrrgghhhh!!!" Langgar terkejut dan secara reflek berlari ke arah berlawanan. "Siapa kamu?" 
"Bisa diam tidak, bocah? Aku butuh ketenangan disini." Jawabnya bergetar sambil menyeringai aneh ke arah Langgar. Mata itu tampak kosong dengan pipi tirus, muka pucat dan tampak menakutkan. "Simpan tenagamu, nak. Kau akan membutuhkannya tak lama mereka mengambil sedikit demi sedikit bagian tubuhmu. Heh heh heh." Lanjutnya sambil beringsut kembali ke tempatnya semula.
Langgar bergetar hebat. Takut, kaget, putus asa bercampur aduk. Air matanya mengalir deras tanpa nyali untuk mengeluarkan suara tangis sedikitpun. Di kepalanya saat itu berkelebat wajah ibunya yang tampak khawatir dan menangis hebat.

No comments:

Post a Comment